Lukislah Harapanmu dan Biarkan Allah yang Menggariskannya untukmu

Dunia dan isinya bukanlah tujuan untuk orang yang tahu bahwa ia akan kembali kepada Allah, Tuhannya. Sehingga dunia dan isinya tidaklah menjadi harapan utama hati seorang hamba. Jika ada harapan, pastikan hanya sebatas ranting-ranting, bukan sebagai dahan, apalagi batang. Bila ranting harapan itu patah, setidaknya hanya akan timbul sedikit kecewa, setelah itu ia akan melepaskan kekecewaannya dengan bersandar kembali pada dahan: penyangga harapan yang utama. Ranting yang patah tidaklah sampai mengusik hati bila ia ingat masih mempunyai dahan.

Lukislah Harapanmu dan Biarkan Allah yang Menggariskannya untukmu
Gambar: oleh Gerd Altmann - Pixabay.com


Bersukacitalah dalam hidup terlebih bagi seorang Muslim. Sederhanakan perkara dalam hidup dengan tidak mengurusi hal-hal yang tidak utama kecuali siap dengan segala konsekuensinya, yaitu kegalauan hidup. Jika kamu punya harapan yang besar, pastikan harapan besar itu juga kepada Yang Lebih Besar, yaitu Allah ta’ala. Biarkan harapan kepada-Nya meng-cover harapanmu pada sesuatu yang lain sehingga bisa mem-backup harapan itu dengan memberikan ketenangan dan kesabaran.

Jika kamu punya harapan pada makhluk atau kepada sesuatu yang bersifat dunia, jadikan harapan itu hanya sebatas ranting, jangan sampai menjadi dahan harapan, apalagi sampai menjadi batang harapan. Sebab, dengan menjadikan harapanmu sebagai ranting, kau tidak akan mungkin bersandar pada ranting, yang akan membuat (hati)-mu  jatuh. Kau hanya akan menyandarkan harapan (hati)-mu pada Allah Azza wa Jalla.

Memaksakan harapan adalah sesuatu yang tidak baik. Dorongan yang kuat itu bukan berasal dari dasar hati, melainkan dari nafsu. Efek nafsu pada jiwa melahirkan ketergesaan, kerisauan, keresahan, kegalauan, gundah gulana, dan segala macam hal yang membuat hati dan pikiran tidak tenang. Sebaliknya, jika berasal dari kebaikan dasar hati pasti akan memberikan efek ketenangan, kedamaian, kepasrahan kehendak, dan mengikuti apapun ketentuan Tuhan (takdir) dengan ikhlas.

Keikhlasan dalam berharap adalah dengan mengembalikan dengan lepas harapan itu kepada-Nya, biarkan Allah yang berkhendak memutuskan. Tugas sang hamba hanya berdoa (meminta), bersabar, dan berpasrah (menyandarkan harapannya pada harapan yang lebih besar), serta berikhtiar (berniat, berencana, dan berbuat).

Jika pada akhirnya harapan itu tidak pernah terwujud. Jangan katakan bahwa Allah tidak mendengarmu. Jangan katakan kamu berhenti dalam berharap. Jangan katakan bahwa harapanmu sia-sia. Tidak ada sesuatu yang sia-sia dari perbuatan sang hamba yang ditujukan pada Tuhannya. Harapan yang kamu minta itu akan menjadi kebaikan atasmu, dan bisa jadi bahwa Allah akan memberikan kepada yang berharap pada-Nya dengan sesuatu yang lebih dari harapannya sendiri.

Jadi, jika kamu merasa resah dengan harapanmu, bisa jadi kamu belum menyerahkan harapanmu dengan totalitas –sungguh-sungguh pada-Nya. Sesungguhnya Allah tahu apa yang ada di dalam hatimu, dan Allah mengujimu dengan itu. Berpasangka baiklah kepada-Nya, dan jadikan Allah sebagai harapan yang utama atas semua harapan yang kamu miliki, baik besar maupun kecil.

Suatu hari, apa yang pernah terlukis di hati, akan menjadi garis dalam kanvas. Percayakah hal itu terjadi? Jangan pikirkan seperti apa garisnya, tapi percayalah bahwa garis yang dibuat-Nya akan selalu lebih baik dari apa yang terlukis di hatimu.

Besarnya kepercayaanmu pada Allah bahwa Dia akan mengabulkan apapun yang menjadi keinginanmu secara lebih baik, turut mempengaruhi besarnya rasa optimis dan  kebahagiaan dalam menjalani hidup.

Jangan pernah berhenti dalam berharap, jangan pernah berhenti untuk berdoa, jangan pernah berhenti untuk berbuat. Jadikan Allah sebagai harapan, dan tujuan dari harapan itu.

Wallahu A’lamu Bis-Shawab