Menariknya Gerhana Bulan Juli 2018

Sumber: Pixabay.com


Akhir bulan ini atau lebih tepatnya pada tanggal 28 Juli 2018, masyarakat Indonesia akan menyaksikan fenomena alam yang tak biasa di langit pada waktu lewat tengah malam, yakni Gerhana Bulan Total. Gerhana kali ini akan berbeda dengan Gerhana sebelumnya pada 31 Januari 2018 lalu yang disebut dengan Super Blue Blood Moon baik dari segi ukuran bulan, durasi waktu terjadinya gerhana, dan fenomena antariksa lainnya yang mengiringi terjadinya peristiwa ini. 


Ukuran Bulan


Ukuran perbandingan Bulan (sumber: apod.nasa.gov)


Ukuran Bulan ditentukan oleh jarak bulan dari bumi. Orbit Bulan atau lintasan Bulan mengelilingi Bumi berbentuk elips sehingga kedudukan Bulan bisa lebih dekat atau lebih jauh dari Bumi. Pada saat bulan berada pada jarak terdekat dari Bumi (357.431 km) yaitu disebut dengan kondisi Perigee, sebaliknya saat bulan berada paling jauh dari bumi (406.223 km) disebut Apogee. Saat terjadi Gerhana Bulan Total pada 28 Juli nanti, kedudukan Bulan berada pada kondisi Apogee sehingga ukuran bulan 14% akan terlihat lebih kecil (mikro/mini moon). Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi pada Gerhana Bulan Total 31 Januari kemarin yang berada pada kedudukan bulan Perigee sehingga bulan tampak lebih besar (super moon). 

Durasi Gerhana

Fase Gerhana Bulan Total pada 28 Juli 2018 (Credit: NASA/Scott Sutherland)


Awal Gerhana Bulan akan terjadi pada pukul  00:15 WIB saat mulai kontak dengan penumbra (bayangan bumi) . Namun, seperti yang disampaikan oleh Marufin Sudibyo , seorang astronom amatir kepada media Kompas, Gerhana Bulan akan mulai bisa disaksikan secara kasat mata pada pukul 01:24 WIB pada saat bayangan inti (umbra) tepat mulai bersentuhan dengan cakram Bulan. Hal ini akan terus berlangsung hingga pukul 05:19 . Akhir Gerhana Bulan akan terjadi pada pukul 06:28 WIB dan saat itu untuk wilayah Indonesia Bulan sudah mulai terbenam sehingga tidak dapat menyaksikan rangkaian akhir dari Gerhana Bulan. Meski demikian, masyarakat Indonesia bisa menyaksikan Gerhana Bulan dari awal fase hingga fase Gerhana Bulan Total.

Gerhana Bulan akan bisa disakskan selama 3 jam 55 menit, pukul 01:24 s/d 05:19 WIB, sementara Gerhana Bulan Total akan dimulai pada pukul 02:30 WIB sampai 04:13 WIB atau selama 1 jam 43 menit dengan puncaknya pada pukul 03:22 WIB. Hal ini menjadikan Gerhana Bulan Total 28 Juli sebagai Gerhana Bulan paling lama pada abad ini sejak tahun 2000 hingga setidaknya sampai kurun waku 105 tahun lagi menurut Avivah Yamani dari langitselatan.com. Sementara dalam catatan Rhorom Priyatikanto, peneliti dari Pusat Sains LAPAN, selama 20 sampai 30 tahun ke depan belum ada lagi gerhana bulan dengan durasi waktu yang mengalahkan durasi waktu Gerhana Bulan 28 Juli ini.

Penyebab lamanya durasi Gerhana Bulan hal ini tak lepas dari jarak Bulan dengan Bumi dimana Bulan berada pada jarak terjauhnya atau yang disebut Apogee sehingga ukuran Bulan menjadi kecil menyebabkan butuh waktu lama agar bisa lepas dari penumbra atau daerah bayangan bumi.


Fenomena Antariksa Lainnya


Ilustrasi Oposisi Mars (sumber: nerdalicious.com.au)


Tak hanya suguhan Gerhana Bulan di langit malam, oposisi Mars juga akan turut menemani malam kita. Oposisi Mars adalah fenomena munculnya Mars dimana planet merah itu berada pada arah yang berlawanan dengan Matahari. Saat Matahari tenggelam, saat itu Mars akan terbit karena pada saat oposisi, Matahari – Bumi – Mars akan berada pada garis lurus. Planet itu juga akan tampak lebih besar karena jaraknya akan lebih dekat pada bumi meski tak akan sebesar Bulan. Planet ini akan tampak sebagai titik merah terang di bawah bulan purnama.


Ilustrasi Hujan meteor (sumber: pexels.com)


Fenomena lainnya yang akan mengiringi pada malam Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018 adalah hujan meteor Delta Aquarid Selatan. Hujan meteor bisa diamati sejak matahari tenggelam atau terbitnya Mars sampai fajar keesokan harinya dimana saat itu masih berlangsung Gerhana Bulan Total. Meteor-meteor yang melesat di angkasa ini merupakan pecahan komet Marsden dan Kracht Sungrazing. Hujan meteor sendiri bisa terjadi karena pada saat sebuah komet mendekat Matahari, permukaan komet akan menghangat lalu meninggalkan debu dan pecahan komet pada bekas orbit yang dilaluinya. Pecahan-pecahan ini akan ditarik oleh gravitasi Bumi sehingga ketika masuk ke atmosfer Bumi akan menyala terang karena gesekan udara. 


Gerhana Bulan 28 Juli selebihnya masih sama seperti Gerhana Bulan Total 31 Januari dalam hal warna bulan itu sendiri yang berwarna merah darah atau cokelat kemerahan atau disebut dengan blood moon. Blood moon terjadi ketika bulan sudah benar-benar tertutupi oleh bayangan bumi atau ketika sudah mencapai puncak gerhana bulan total. Warna itu berasal dari area umbra yang mendapatkan pembiasan cahaya yang terjadi di atmosfer Bumi. Warna pada permukaan Bulan yang dilihat dari Bumi saat puncak Gerhana juga ditentukan dari banyaknya debu di atmosfer bumi, semakin banyak debu maka warna Bulan akan semakin merah dengan warna merah gelap.


Tak hanya masyarakat di Indonesia yang bisa menyaksikan Gerhana Bulan 28 Juli 2018, tapi juga dapat disaksikan di Australia, Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Selatan. Apakah Anda ingin menjadi salah satu yang akan menyaksikan fenomena langka ini?