Maulid Nabi 1443 Hijriah/2021


Terlepas adanya pro dan kontra hukum perayaan Maulid Nabi di kalangan aliran keagamaan tertentu, perayaan Maulid Nabi adalah suatu momen untuk mengingatkan kembali tentang sirah nabawiyah. Mengulik kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam (SAW) sebagai nabi dan rasul terakhir sebagai penyempurna atas semua ajaran Allah ta’ala yang pernah diturunkan ke muka bumi oleh nabi dan rasul sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW adalah sosok panutan yang memiliki akhlak yang sempurna untuk diteladani oleh tidak saja bagi umatnya tetapi juga oleh umat lainnya. Oleh sebab risalahnya tidak hanya ditujukan kepada kaum tertentu, bangsa tertentu, tetapi universal, kepada seluruh umat manusia, bahkan juga kepada bangsa Jin. 

Namanya dan ajarannya tetap menjadi pelita bagai mercusuar untuk kapal-kapal yang berlayar di malam hari. Menjadi arah dan panduan menyusuri setiap lika-liku hidup di kehidupan akhir zaman bagi mereka yang menginginkan keselamatan dan syafaatnya — 

Risalahnya adalah risalah yang sempurna, risalah yang telah diridai Allah SWT sebagai ajaran agama yang memberi rahmat bagi semesta sebagai jalan keselamatan di dunia dan akhirat. Ajaran budi (Akhlak) yang melahirkan transformasi, sebuah gerakan perubahan dari kegelapan menuju cahaya yang terang dan penuh harapan.

Maulid Nabi terlepas dari hukum merayakannya, adalah hal yang positif untuk kita jadikan momentum, sebagai landasan bagi Umat Islam untuk kembali meneladani akhlak Nabi di tengah-tengah keadaan yang kuat menghasut pada perbuatan-perbuatan amoral akibat tekanan-tekanan sosial, ekonomi, dan politik, serta ketidakadilan hukum yang terpampang d etalase publk.

Hukum Maulid bisa debatable tetapi kita semua akan menyepakati satu hal yang sama bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan terbaik untuk kita jadikan sebagai contoh Umat Islam dalam bersikap dan berbuat. Bagaimana cara kita menyikapi setiap persoalan dan menemukan solusi-solusi dengan kembali pada Allah dan Rasul-Nya atas masalah yang sedang menimpa baik dalam urusan internal Umat Islam maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  

Jauhi sikap anarki, destruktif yang merusak hubungan-hubungan antar golongan, dan selalu jaga persatuan sesama Umat Islam agar tetap dalam satu barisan dan tidak terpecah belah demi menghadapi tantangan-tantangan umat yang makin berat. Sikapi perbedaan dengan lapang dada dan jauhkan sikap mengutamakan golongan tertentu atas golongan yang lain. Cukuplah dengan dua kalimat syadahat yang menyatukan kita sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam. Cukuplah dengan ajaran Islam, Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita  tebarkan rahmat untuk dunia dan semesta. Membawa perdamaian – kebenaran dan menegakkan keadilan demi kemaslahatan umat manusia.