Tips Mencegah Imitasi Negatif pada Anak

Usia balita adalah fase peniruan sebagai bagian dari masa pembelajaran. Peniruan pada kata-kata dan peniruan terhadap perilaku.

Tips mencegah imitasi negatif pada anak


Peniruan ini disebut imitasi. Imitasi pada anak balita lebih besar dan akan semakin menurun tatkala usianya semakin beranjak dewasa. Imitasi anak dilakukan terhadap orang-orang yang berada dekat dengannya, seperti orang tua, teman sebaya, pengasuhnya, sanak saudaranya, atau tetangganya.

Imitasi pada hakikatnya untuk membuat seseorang bisa belajar dengan melakukan proses peniruan. Masalahnya, saat proses imitasi, seseorang bisa saja meniru hal-hal negatif. Anak-anak sangat rawan sekali karena mudah bagi mereka melakukan imitasi selama alam bawah sadar mereka terbuka sehingga hal apapun yang mereka lihat dan dengar akan langsung masuk tanpa filter terekam langsung di memori dan bisa saja mempengaruhi mereka.

Orang tua selayaknya tanggap, menjaga anak dari hal-hal buruk, termasuk tontonan tak mendidik melalui pesawat televisi yang acapkali sangat tak bersahabat dengan anak-anak. Mulai dari ucapan-ucapan tak senonoh, sampai pada perilaku-perilaku seperti memukul, menendang, menampar, dan lain-lainnya.

Lalu bagaimana agar kita bisa mencegah imitasi negatif pada anak?


  1. Jika anak anda menunjukkan emosi seperti menangis atau marah secara tiba-tiba tanpa sebab hanya karena mengikuti temannya. Anda harus segera menjelaskan kepada anak anda, misalnya anda bisa bertanya terlebih dahulu kenapa ia menangis, kemudian baru memberikan penjelasan. Contoh: “Ade kenapa nangis? Ade ikut-ikutan Rara, ya? Ade jangan nangis. Rara kan nangis karena mainannya direbut Nussa, mainan Ade kan masih ada”.
  2. Anda jangan sesekali memberikan respon positif pada perilaku imitasi anak pada temanya yang berperilaku negatif. Contoh: Teman anak anda berbicara dengan perkataan yang kurang baik, lantas diikuti oleh anak anda. Maka, anda harus segera menegur agar jangan mengikuti berbicara dengan kata-kata buruk seperti temannya.
  3. Jika anda memberikan respon seperti tertawa atau tersenyum pada anak yang mengikuti perilaku imitasi yang kurang baik, anak anda akan terus melakukan hal tersebut. Maka, berhentilah untuk tidak memberikan respon tertentu yang bersifat positif, tapi segera beritahu bahwa hal tersebut tidak baik untuk dilakukan.
  4. Sebagaimana orang tua, seperti itulah anaknya. Orang tua adalah contoh pertama anak untuk diikuti. Jika orang tua tidak mampu memberikan keteladanan yang baik pada anaknya sedini mungkin maka anak akan tumbuh mengikuti perilaku orang tua yang mungkin kurang baik. Maka, jagalah sikap anda saat sedang bersama dengan anak. Jangan melakukan hal-hal yang kurang baik sehingga ada kemungkinan akan dicontoh oleh anak anda.
  5. Jika orang tua sibuk bekerja sepanjang waktu, dan sedikit sekali berinteraksi pada anak. Limpahkanlah tanggung jawab pengasuhan pada pengasuh yang bisa memberikan edukasi baik, atau pada keluarga, atau sanak saudara. Beritahukan pada mereka untuk menjaga buah hati anda dari hal-hal kurang baik sehingga dapat meminimalkan imitasi negatif pada anak. Jika tidak bisa demikian, maka harus ada yang mengajari anak anda pada nilai-nilai yang baik termasuk memberitahukan nilai-nilai buruk yang tidak boleh dilakukan.
  6. Jagalah anak dari tontonan yang tidak baik. Berikan keteladanan baik berupa kata-kata dan perilaku. Alangkah baiknya jika anda bisa membacakan padanya buku cerita yang kelak akan memberikan perbendaharaan kosakata yang banyak pada anak sekaligus cerita yang merangsang imajinasi dan keteladanan. Berikanlah mereka lingkungan terbaik yang mampu anda berikan dalam rangka untuk menumbuhkembangkan anak sehingga anak anda akan memiliki nilai-nilai dasar pertama terutama dalam pertumbuhan mental dan emosionalnya.
  7. Jika anda tidak bisa menghindari imitasi negatif pada anak karena lingkungan tidak memungkinkannya, maka anda harus perbanyak imitasi positif dan terus memberikan pelajaran-pelajaran tentang mana hal yang boleh diikuti dan mana yang tidak boleh diikuti.


Masa balita adalah masa-masa emas. Pada usia itulah, mereka mulai belajar pertama kalinya dengan “membaca” orang-orang yang berada di sekitarnya. Setiap aksi, reaksi, dan respon akan dilihat oleh mereka, dan menjadi sumber pelajaran untuk mereka. Meskipun demikian, seiring semakin tumbuh usia dan kaya akan pengalaman interaksi, anak-anak akan berubah berkembang dan menemukan karakter prbadi aslinya.

Anak-anak butuh kita orang dewasa untuk menemukan siapa sesungguhnya mereka di masa depan. Mulai dari pelajaran pertama: orang tuanya, lingkungannya, hingga seterusnya. Terus kawal anak hingga tumbuh dewasa, dan jika anak sudah memiliki nilai-nilai dasar utama, maka ia akan mampu memfilter sendiri dan memproteksi dirinya dari hal-hal yang kurang baik.

Demikian, semoga bermanfaat.