Tiga Wanita yang Tercatat dalam Kehidupan Einstein - Mileva Maric (2)

Mileva Maric

Memiliki rupa Slavik yang sangat kental, jarang tertawa, sorot matanya sayu. Kakinya pincang, dan secara keseluruhan ia tidaklah terlalu menarik. Demikianlah penggambaran sosok Mileva, wanita yang membuat Einstein jatuh hati, bukanlah karena penampilannya, tetapi Mileva yang berusia 4 tahun lebih tua dari Einstein ini merupakan wanita pertama dan mungkin satu-satunya yang mampu memahami pikiran Einstein sehingga Einstein begitu terbuka mendiskusikan semua kegelisahan hatinya, terutama ketika bicara Fisika, Mileva mampu menangkap pemahamannya dan bisa memberikan saran-saran. Lebih dari itu, Einstein begitu mengagumi kemandirian Mileva yang sulit ditemui pada wanita-wanita lain. Bagaimana tidak, Mileva Maric adalah satu-satunya mahasiswi di kelas Einstein, ia merupakan orang Serbia dari Novi sad yang bersekolah di Zurich karena di Novi Sad perempuan tidak diperkenankan untuk belajar fisika lanjutan.  Meskipun Einstein dan Mileva intens berhubungan, tidaklah serta merta mereka berdua menjadi sepasang kekasih pada waktu itu, mereka tetap bersahabat.

Selepas lulus dari Sekolah Politeknik tahun 1900, Einstein mendapat kesulitan untuk melamar pekerjaan di universitas yang diinginkannya, hal ini dikarenakan karena hasil ujiannya yang tidak terlalu bagus. Einstein tidak pernah mendengarkan saran dosen-dosennya, cenderung melakukan sesuatu dengan caranya sendiri, terlalu idealis dan percaya diri. Banyak surat lamarannya yang tak kunjung mendapat respon, hingga membuat Einstein terpaksa menjadi pengajar sementara karena simpanan uangnya semakin menipis  di sebuah sekolah teknik di Winterthur, 10 mil jauhnya di utara Zurich. Mileva sendiri tetap tinggal di Zurich karena tidak berhasil lulus saat itu dan harus mengulang kembali ujian akhirnya. Pada waktu-waktu luang mengajarnya, Einstein melakukan penelitian-penelitian fisikanya, dan di akhir pekannya jika ada kesempatan maka Einstein ke Zurich hanya untuk menemui Mileva, atau jika tidak, maka ia hanya berkirim surat. Akhirnya pada suatu ketika di bulan Mei, Einstein mengutarakan perasaannya yang mendalam pada Mileva dengan sepucuk surat, dan saat itu mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih.

Roda perjalanan hidup tak selalu mulus, jalinan kisah cinta pun tak selalu indah dirasakan. Kebahagiaan masih jauh, terlalu jauh untuk Einstein dan Mileva dapatkan. Meski pada akhirnya mereka berdua benar-benar menjadi sepasang suami istri, tapi penderitaan harus datang lebih dulu, singgah di kehidupan mereka. Einstein yang saat itu berusia 21 tahun berhenti dari pekerjaannya karena masa kontraknya telah habis dan tidak bisa dilanjutkan. Otomatis, Einstein kembali menganggur dan tidak punya uang. Keluarganya di Pavia, pun tidak bisa membantu, karena bisnis ayahnya kembali bangkrut untuk ketiga kalinya. Sementara keluarga ibunya menolak untuk membantu membiayai Einstein. Seperti diketahui bahwa Einstein selama bersekolah dibiayai oleh keluarga ibunya, tapi kali ini setelah Einstein lulus dan sudah seharusnya bisa mandiri mereka tidak bisa membantu. Di tengah kesulitan ekonomi tersebut, masalah berikutnya datang. Mileva hamil. Rupanya hubungan Einstein dan Mileva terlalu jauh hingga melampaui batas-batas hubungan.

Einstein mengatakan pada Mileva, bahwa ia akan segera menikahinya, tapi baik Einstein dan Mileva sama-sama tahu bahwa pernikahan dan membangun rumah tangga membutuhkan biaya, sementara Einstein tidak punya uang. Pernikahan adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Didera rasa sedih, Mileva pulang ke Novi Sad, ke tengah-tengah keluarganya, dimana kemudian ia melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Lieserl pada awal tahun 1902. Lieserl adalah bayi yang malang, orang tua Mileva membujuk Mileva agar Lieserl diadopsi oleh orang lain. Akhirnya, tanpa sepengetahuan Einstein, Lieserl diadopsi, Mileva tentu merasakan penderitaan dan kesedihan.

Saat Mileva berada di Novi Sad, Einstein pergi ke Berne untuk melamar pekerjaan di kantor urusan paten setelah mendapatkan informasi lowongan kerja di kantor tersebut. Einstein pun diterima sebagai petugas penguji teknis, tugasnya menyortir berbagai penemuan untuk mendapatkan pengesahan dari kantor urusan paten. Babak baru kehidupan Einstein pun dimulai. Selama bekerja di Berne, Einstein tinggal di apartemen kecil di 49 Kramgasse.

Mileva dengan segala penderitaannya kemudian pindah ke Swiss, menyusul Einstein ke Berne, karena Mileva tidak punya tempat lain untuk bergantung selain pada Einstein. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada, dengan penuh rasa cinta, kasihan, dan tanggung jawab, Einstein menikahi Mileva pada 3 Januari 1903 dengan upacara pernikahan yang sederhana di langsungkan di balai kota.

Albert Einstein dan Mileva Maric (Foto: Wikipedia)

Saat itu Einstein berusia 24 tahun, dan Mileva berusia 28 tahun. Setahun kemudian, 1904, mereka dikarunia putra pertama yang diberi nama Hans Albert. Lima tahun kemudian yaitu pada 1909, mereka pindah kembali ke Zurich karena Einstein diterima bekerja sebagai asisten profesor di University of Zurich. Mileva tentu saja merasa senang karena Zurich adalah kota yang penuh dengan kenangan. Memori-memori indahnya bermunculan karena di kota inilah ia mengingat kembali dirinya saat menjadi mahasiswi. Kebahagiaan semakin lengkap, ketika setahun kemudian yatu pada tahun 1910 putra kedua mereka lahir yang diberi nama Edouard. Sayangnya Mileva hanya bisa tinggal di Zurich selama dua tahun, karena tahun 1911, mereka pindah ke Praha, Jerman karena Einstein mendapatkan tawaran menjadi dosen tetap di German University dengan gaji yang lebih besar daripada di Zurich. Mileva sebenarnya kecewa jika harus meninggalkan Zurich dan tinggal di Praha sehingga dia pun lebih banyak mengurung diri di rumah. Tiga tahun kemudian, Mileva benar-benar semakin sedih karena harus tinggal di Berlin, di jantung Jerman, mengikuti Einstein yang mendapatkan pekerjaan baru sebagai direktur bagian fisika pada Kaiser Wilhelm Institute.  Mileva hanya bisa betah 3 bulan saja tinggal di Jerman karena ia sangat membenci Jerman. Mileva pun pergi kembali ke Zurich membawa serta dua anaknya, meninggakan Einstein sendiri. Hubungan Mileva dan Einstein saat itu merenggang. Einstein pun setiap tiga bulan mengirimkan uang untuk biaya hidup Mileva dan dua anaknya di Zurich, ia pun mengirimkan perabotan rumah di Berlin ke apartemen Mileva sehingga perabotan rumah Einstein menjadi kosong. Kehidupan Einstein persis seperti bujangan yang hidup sendirian. Dalam kondisi demikian, sepupu perempuan Einstein yang bernama Elsa yang kebetulan tinggal di distrik yang sama menjadi satu-satunya orang yang menjadi tempat untuk Einstein mencurahkan hatinya.

Kehidupan Einstein menjadi kacau, tapi ia tidak peduli, ia tetap melanjutkan pekerjaannya, tenggelam dalam pemikiran abstraknya tentang teori relativitas umum yang kelak kemudian hari menjadikan dirinya sangat terkenal. Seiring waktu berjalan, Einstein harus menerima kenyataan pahit, hubungan pernikahannya dengan Mileva tidak bisa dipertahankan lagi. Einstein dan Mileva pun resmi bercerai pada 14 Februari 1919. Perceraian ini tentu bukan sesuatu yang tidak menghasilkan implikasi yang buruk baik untuk Einstein sendiri maupun Mileva. Einstein harus benar-benar berpisah dengan kedua anaknya, dan Mileva pun mendapatkan penyakit gangguan syaraf akibat tekanan batin. Masa-masa setelah perceraian menjadi masa-masa yang sulit untuk Mileva.

Sekali lagi, roda-roda kehidupan Einstein berputar menampilan sisi-sisi kelam, menghadirkan penderitaan hidup dan tekanan. Meskipun karirnya sebagai ilmuan semakin dikenal melalui karya-karya ilmiahnya, namun ia tetaplah Einstein sebagai manusia biasa yang memiliki hati dan perasaan. Rajutan kisah kasihnya dengan seorang wanita, sekali lagi harus terburai, meskipun demikian Mileva adalah wanita yang berperan besar dalam kehidupan seorang Albert Einstein dalam meniti karirnya sebagai ilmuan.


(sumber: Einstein & Relativitas, Wikipedia)