Apa itu Kadrun dan Mengapa Menjadi Polemik


Apa itu Kadrun? Dilansir Wikipedia, Kadrun adalah sebuah akronim dari Kadal Gurun, yaitu sebuah julukan kepada orang-orang yang dianggap berpikiran sempit, terutama yang dipengaruhi oleh gerakan ekstremisme dan fundamentalisme dari Timur Tengah, untuk menstigma pihak yang dicap radikal.

Kadal Gurun sendiri bila dimaknai sebagai denotasi atau makna yang sebenarnya sebagai hewan kadal yang hidup di gurun (dhab) maka rasanya tidaklah menjadi masalah karena tidak menyinggung, sama seperti anjing, babi, kampret (kelelawar kecil pemakan serangga), dan cebong (kecebong).

Namun, Kadal Gurun menjadi masalah, begitu juga dengan anjing, babi, kampret, dan cebong manakala dimaknai sebagai konotasi, sindiran, makian, dan stigma sehingga penggunaannya sangat tidak beretika dan tidak pantas untuk dipergunakan karena akan menimbulkan ketersinggungan pada pihak yang dituju dan bisa menimbulkan polarisasi di tengah-tengah masyarakat walaupun pencetusnya sendiri mengklaim bukanlah bagian dari polarisasi. Apakah benar demikian? Kita bisa merasakannya sendiri dampak dari adanya sebutan “Kadrun” ini terutama di dunia media sosial.

Meski sebutan ini ditujukan kepada kelompok tertentu dalam agama (Islam), penggunaannya kerap menyasar ke pihak-pihak lain yang bahkan bukan seorang muslim tetapi berada dalam satu kubu yang sama atau berseberangan pandangan dengan kelompok mereka. Jika melihat fenomena ini maka sebutan Kadrun akan menimbulkan polarisasi di masyarakat. Sebutan Kadrun bahkan bisa menjadi sebutan yang rasisme, rasialisme, xenofobia, bahkan intoleran dan malah jadi terkesan Islamphobia.  

Bila Kadrun istilah untuk kelompok tertentu dalam agama maka apakah orang yang melabeli Kadrun itu lebih paham agama sehingga bisa menilai Kekadrunan seseorang hanya dari apa yang ditampilkan orang itu dalam sikap, pandangan, dan atribut yang dikenakannya? Maka sebutan Kadrun ini menjadi terkesan dangkal dan serampangan. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh para Islamphobia, pembenci Islam untuk melakukan serangan-serangan verbal kepada kelompok muslim yang mengenakan atribut keagamaan, kelompok muslim konvervatif, dan muslim yang taat dalam menjalankan agamanya. Sehingga muslim yang terbebas dari stigma Kadrun ini hanya muslim yang berpahaman liberal, abangan, dan kurang taat dalam beragama.

Istilah Kadrun yang awalnya untuk memisahkan “kotoran” dengan umat muslim seperti yang diutarakan Deni Siregar kini justru malah meluas maknanya dan mengenai semua pihak secara liar dan brutal. Bau-bau politiknya justru lebih kuat daripada sebuah keresahan pada doktrinisasi beragama. Hausnya kita lebih merawat persatuan dan kesatuan sesama anak bangsa bukan melakukan pengkotakan. Negara ini tidak akan hancur oleh kelompok yang mereka sebut sebagai Kadrun tetapi justru ketika bangsa ini telah dirusak persatuannya dan dipecah belah oleh stigma, polarisasi, SARA, kebencian, permusuhan, dan saling anti karena perbedaan haluan politiknya.

Sudah saatnya kita berhenti untuk melakukan hal-hal yang tidak produktif, yang menguras energi bangsa, melahirkan keributan-keributan yang tidak perlu. Bangun negara ini dengan karya dan jalankan politik dengan jujur, dan bersih. Bukan dengan cara memfitnah dan menipu. Perangi kebodohan dengan pendidikan yang mencerahkan bukan memperkeruh dengan narasi yang menyulut polemik, kebencian, dan sibuk pada stigma, istilah, label, dan sindiran.