Muslim dan Masa Depan Dunia

Republik ini banyak orang pintar, stoknya masih berlimpah ruah, ditambah dengan generasi-generasi baru yang lahir tumbuh berkembang di era digital saat ini. Generasi yang tak hanya melek teknologi informasi, tapi kajian-kajian Islami, terpanggil oleh satu kata: hijrah, merekalah para orang tua yang kelak anak-anaknya menjadi agen perubahan. Di beberapa kota sangat kental komunitas-komunitas hijrah, yang notabene diisi oleh orang-orang yang cerdas, berakal sehat, tak hanya sekedar pintar beralgoritma. Pun di luar sana, orang-orang Indonesia yang berdiaspora.



Islam adalah agama yang bila semakin ditekan, ia justru akan semakin mengembang dengan kekuatan memuainya yang mengagumkan. Memang sudah didesain sedemikian rupa olehTuhan, tahan terhadap berbagai tekanan zaman, ia hanya melemah tapi tidak benar-benar mati. Islam tak akan pernah hilang, sekalipun berusaha untuk dihancurkan dengan munculnya musuh terbesar Al Masih Ad-Dajjal –sang pencabut iman. Langit akan menurunkan pertolongan, mengaruniakan sang pembunuh kehancuran yang dibawa Dajjal: Isa Al-Masih.

Cerita masa depan ibarat fiksi, membangkitkan imajinasi, namun ia bukan sekedar rekaan kosong. Cerita tentang munculnya zaman yang suasananya serupa di zaman para nabi dengan kejadian-kejadian yang sulit dicerna akal, karena bukan lagi bicara soal fisikli, tapi soal spiritual. Seakan bumi kembali terhubung dengan langit (setelah tertutup sejak wafat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) di mulai saat turunnya Isa. Kekuatan saat itu tak lagi bicara fisik, tapi siapa yang paling kuat imannya (ditunjang keterampilan), dialah yang berada di garda terdepan untuk menghadapi musuh, karena di tangan mereka ada dukungan dari langit. Bersama dengan mereka, kemenangan demi kemenangan diraih.

Iman adalah kunci kemenangan, untuk menghadapi apapun tantangan. Memang tak lantas iman menghadirkan kemenangan instan, tapi jaminannya tak akan pernah dapat dikalahkan, kecuali oleh kemunafikan. Meski tak instan, kemenangan adalah keniscayaan.

Islam akan menjadi agama yang besar, menjadi samudera raya kehidupan, masuk menjadi darah baru peradaban, namun yang terjadi kini bukanlah peradaban baru melainkan kebangkitan muslim, karena Islam sudah menjadi peradaban sejak kalimat Iqra diturunkan.

Kebangkitan muslim, jangan dijadikan momok bagi nonmuslim. Muslim bukanlah para bedebah yang membuat kehidupan menjadi mencekam, menebar ketakutan. Sebaliknya, muslim adalah pembawa juru damai, yang akan membawa keadilan, kebenaran, dan tentunya kebaikan bagi seluruh umat manusia baik muslim maupun nonmuslim. Sebagaimana visi yang diembannya menjadi rahmatan lil ‘alamin.

وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (QS. Al Anbiya: 107)