Memandang Ujian sebagai Kebaikan

Islam adalah rumah sejati bagi insan yang mencari kebenaran hakiki akan ajaran Tuhan. Keindahannya hanya dapat dirasakan oleh hati yang dekat dengan rahmat-Nya. Kasih sayang-Nya begitu besar melebihi apapun, maka betapa ruginya mereka yang mengabaikan ajaran-Nya yang lengkap dan sempurna. Hidayah itu benar-benar mahal, tak semua orang bisa mendapatkannya, bahkan yang dari lahir sudah Muslim pun, mereka belum tentu mendapatkannya, yaitu hidayah menapaki jalan Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.

Photo by Grace Zhu on Unsplash

Islam bukanlah agama dengan jalan yang mudah, ada banyak ujian di dalamnya. Ujian adalah suatu keniscayaan, bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, dihindari, sebab ujian-Nya adalah hadiah keimanan itu sendiri. Semakin tinggi iman, semakin tinggi ujian yang diberikan. Semakin tinggi ujian, semakin besar balasan-Nya bila kita mampu bersabar menghadapinya. Ujian Allah diberikan bukan untuk menyakiti, membuat sulit hamba-Nya, tapi untuk meneguhkan keimanan yang telah ada agar tetap kuat terpancang. Seandainya hidup tanpa ujian keimanan, maka tak akan ada peningkatan kualitas keimanan, tak akan ada progress apapun, datar saja, maka keimanan yang dirasakan tak akan pernah membekas. Iman yang tak pernah terasah oleh ujian akan mengendur dan semangat ibadah akan menurun, sebab tak ada momen yang menguatkan kecenderungannya untuk terus mendekat pada-Nya.

Ujian juga adalah pembukti keimanan, ilmu, dan kebaikan pada seorang hamba, apakah benar ilmunya akan bermanfaat untuknya saat ujian datang, atau hanya sekedar hiasan lisan. Seberapa besar iman yang dimilikinya, apakah mampu menghadapi berbagai fitnah-fitnah dunia. Benarkah hamba itu adalah orang yang baik seperti yang dikatakan orang-orang atau yang dianggapnya sendiri. Semua itu akan terbukti oleh adanya ujian. Maka jika belum datang ujian, jangan menganggap diri lebih baik, lebih berilmu, lebih shalih, lebih sabar karena saat ujian tiba, di saat itulah diri kita akan tahu tentang hakikat diri kita. Bila ada kekurangan, kita bisa belajar untuk memperbaikinya. Bila sudah baik, kita berjuang untuk mempertahankannya.

Ujian akan terus datang menerpa maka jangan sekali-kali lalai, atau lupa. Teruslah meningkatkan keimanan, amal ibadah, dan ilmu agama, agar kita terus disibukkan dengan hal-hal positif dan bermanfaat sehingga akan mudah membawakan diri dengan baik saat ujian datang. Sekali kita mengalami defisit seperti suasana hati yang kurang mendukung kesabaran, maka dampaknya akan mengenai reaksi atau sikap terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan, hal ini biasa terjadi jika kita sedang lupa atau kurang mendapat asupan ‘gizi’ rohani. Ada baiknya menjadikan urusan dunia diniatkan sebagai amalan ibadah, mengganti orientasi dari kepentingan dunia berubah menjadi kepentingan akherat, yang awalnya karena si fulan berubah karena Allah, yang tadinya ingin memperoleh kesuksesan untuk diri sendiri berubah menjadi karena Allah atau demi martabat dan kehormatan diri, keluarga, dan agama.

Bila semua sudah berganti orientasinya maka apabila terjadi suatu masalah atau tantangan di luar kendali diri, maka efek duniawi akan sedikit berkurang seperti stres atau depresi, karena kita tahu bahwa kita sedang meniatkan semua karena Allah sehingga kita akan all out bermujahadah, bertawakal, berdoa dan niscaya Allah akan membantu kita dan memberikan jalan-jalan kemudahan. Jika berhasil bukan saja kesuksesan dunia yang akan kita raih, melainkan juga balasan akherat.

Sekali lagi, jangan takut dengan ujian, dan jangan lalai darinya. Ujian tidak hanya datang menghampirimu dalam bentuk kesusahan, di kala engkau sedang bergembira dan berbahagia dengan karunia-Nya, bisa jadi itu termasuk ujian dari-Nya. Maka ujilah terus diri kita di kala senang maupun susah, yaitu dengan mengikat hati kita agar tak lupa dengan hakikat sesuatu yang datang pada kita. Senantiasa hitunglah kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kita agar kita bisa melakukan kebaikan lebih banyak dari semua keburukan-keburukan yang kita lakukan.

Akhir kata, semoga kita bisa menjadi hamba-hamba Allah yang bisa terus memperbaiki segala kekurangan yang kita miliki di hadapan-Nya sehingga bisa pantas untuk mendapatkan hadiah terbaik dari-Nya di dunia dan di akherat. Aamiin.

Wallahu A'lam