Nussa: Bermain Layang-layang

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

"Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti"
—(Q.S Al-Baqarah [2] ayat 164)—

YouTube @Nussa Official

Meski kita sudah berada di zaman hi-tech yang sudah sangat akrab dengan layar sentuh smartphone terutama untuk anak-anak generasi Z dan Alpha (tak semua), tetapi jangan biarkan mereka terlalu larut dan tenggelam dalam dunia layar kecil, yang dunia bermain dan belajarnya menjadi sempit hanya dalam ruang segi empat. Mengenalkan dan membekali mereka dengan penggunaan smartphone atau mungkin komputer tidak salah, namun tetaplah dunia mereka adalah dunia bermain yang membutuhkan banyak interaksi sosial secara langsung. Bukan hanya sebatas layar yang bisa disentuh, tapi sebuah sentuhan hati melalui sentuhan fisik. Mereka perlu bermain dan jangan biarkan apa yang ditawarkan oleh teknologi menjadi candu untuk mereka hanya sebatas pada penggunaan (konsumsi) bukan pada proses kreatifitas atau menciptakan dan mengembangkan teknologi. Teknologi hanya alat, kita bisa melakukan apa saja dengannya, tapi itu bukan segalanya hingga lupa pada waktu, tempat, dan orang-orang sekitar yang juga membutuhkan kita untuk berinteraksi dengan mereka. Jangan sampai kemudahan yang Allah berikan dengan adanya teknologi justru menjadi kemudaratan karena tidak diambil manfaatnya.

Kembali ke judul, "Nussa: Bermain Layang-layang". Layang-layang? Ya, permainan yang tidak asing untuk anak-anak generasi 90-an, seperti permainan lainnya yang hampir banyak dimainkan oleh anak-anak generasi Milenial di masa kecilnya, antara lain kelereng, rumah-rumahan, lompat tali, tapak gunung, petak umpet, dan lainnya. Pada saat ini, layang-layang masih dimainkan oleh sebagian anak-anak daerah di masa libur sekolah mereka pada saat cuaca cerah berangin, tapi sayangnya tanah lapang mulai banyak berkurang sehingga kondisi lingkungan yang berubah menjadi salah satu faktor menghilangnya permainan yang dulu pernah ada di samping adanya perubahan zaman.

Berawal dari Nussa dan Rara yang bertengkar memperebutkan handphone. Umi yang mengetahui keributan itu lantas membuka pintu rumah dan mengatakan kalau cuaca di luar sedang cerah. Umi tengah memancing keduanya agar mau bermain di luar rumah daripada bertengkar di dalam rumah. Namun, keduanya tetap saja bertengkar seolah tidak mendengar apa yang dikatakan oleh umi mereka. Hal yang sangat baik dilakukan oleh umi adalah tidak memarahi mereka dan menyuruh mereka bermain di luar. Umi menghampiri dan mencoba memahami apa sebenarnya yang sedang mereka pertengkarkan. Apa yang dilakukan oleh umi adalah contoh untuk para ibu bagaimana menyelesaikan pertengkaran anak-anaknya dengan cara mendengarkan mereka tanpa menghakimi.

Handphone yang tengah diperebutkan itu kemudian diambil sementara oleh umi untuk menengahi keduanya, setelah tahu apa sebenarnya yang diinginkan oleh kedua anaknya, umi kemudian memberikan alternatif, yaitu diberikannya tontonan video layang-layang. Nussa, anak yang kreatif, di saat ia menonton video tersebut, terbesit ide untuk membuat layangan. Rupanya memang itulah yang diinginkan oleh umi, ia sengaja memancing Nussa memiliki ide itu, sementara ia sudah menyiapkan layangan untuk mereka berdua. Terkadang seorang ibu pun harus punya kreatifitas dalam mendidik anak-anaknya, atau mengarahkan mereka pada sesuatu yang bermanfaat untuk mereka, tidak hanya sekedar menyuruh atau melarang mereka melakukannya.

Nussa dan Rara akhirnya bermain layang-layang di pekarangan depan rumah mereka. Ada lagunya lho yang mereka nyanyikan.



Kuambil buluh sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang

Bermain... Berlari...
Bermain layang-layang
Bermain kubawa ke tanah lapang
Hati gembira dan riang
Hati gembira dan riang

Kegembiraan pada permainan yang bersifat fisik tidak sama dengan keasyikan yang diperoleh melalui gadget, selain layang-layang, anak-anak generasi Z dan Alpha bisa memainkan apa saja yang bisa memberikan manfaat pada mereka, yaitu manfaat untuk tubuh, pikiran, dan pastinya menyenangkan untuk mereka mainkan.


وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ يُّرْسِلَ الرِّيٰحَ مُبَشِّرٰتٍ وَّلِيُذِيْقَكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِاَمْرِهٖ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ 

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan agar kamu merasakan sebagian dari rahmat-Nya dan agar kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur"
—(QS. Ar-Rum [30] : 46)—