Bisakah Bayi Diajarkan Membaca?

“… Kami, para orang tua adalah pembuat keramik dan anak-anak kami adalah tanah liatnya,” (Winifred Sackville Stoner, Natural Education)

Glenn Doman, seorang pakar pendidikan menyatakan yang didasarkan pada penelitiannya selama bertahun-tahun bahwasanya membaca adalah merupakan salah satu fungsi paling penting dalam hidup seseorang. Mengapa bisa demikian? Sebabnya kemampuan membaca akan berhubungan erat dengan kemampuan belajarnya.

Gambar oleh AnnieSpartt - Pixabay 

Jika dipikir-pikir memang benar, seorang yang suka membaca sejak dini tentunya akan memiliki perbendaharaan kata-kata yang cukup banyak. Ia akan memiliki bank kata di dalam kepalanya. Bila tidak digunakan optimal untuk bicara, maka ia akan salurkan untuk menulis. Orang yang banyak membaca biasanya juga akan memiliki kemampuan untuk menulis. Penulis adalah pembaca yang handal. Ia membaca lebih banyak buku ketimbang orang pada umumnya yang bukan penulis.

Namun, apakah orang yang tidak suka membaca akan mengalami kesulitan dalam belajar? Umumnya mereka akan kesulitan, jika tidak memiliki daya tangkap yang bagus dan minat yang khusus untuk belajar. Namun, secerdas apapun seseorang jika informasi yang diterimanya minim, tentu saja kecerdasan itu tidak berguna. Akan tetapi, orang yang tidak suka membaca namun punya daya tangkap dan minat, punya kemampuan belajar cepat yang diperoleh dengan belajar dari orang lain yang lebih mengerti dari mereka. Biasanya mereka orang-orang yang praktis dalam memperoleh pengetahuan.

Mereka yang tidak suka membaca, akan belajar dari interaksi sosial, mereka akan lebih banyak bergaul dengan berbagai kalangan, meskipun juga bisa dilakukan oleh orang-orang yang doyan membaca. Sebenarnya tidak jelek orang yang tidak suka membaca, hanya saja ia akan memiliki kekurangan dalam dunia literasi. Dan Informasinya bergantung pada seberapa luas pergaulannya, berbeda dengan orang yang suka membaca informasinya bergantung pada berapa banyak buku yang ia baca ditambah dengan seberapa luas pergaulannya. Terlihat orang yang suka membaca punya double sumber pengetahuan. Jadi hanya orientasinya saja yang berbeda, orang yang tidak suka membaca pun bisa sukses asalkan ia berada dalam komunitas yang bisa membuatnya sukses, bergaul dengan para suksesor, para pemenang, orang-orang yang bermental juara. Pun, tidak semua pembaca handal menjadi orang yang sukses selama ia hanya berkutat pada buku (atau hanya suka membaca buku yang kurang berbobot), dan berkutat pada lingkungan sempitnya. Tidak semua lho orang yang kita anggap bodoh hanya karena dapat nilai pelajaran merah semua, malas belajar, dan senang membuat gaduh di kelas itu punya masa depan suram, tidak semua juga orang yang kita anggap pintar bisa menjadi orang sukses di masa depannya. Masa depan ditentukan bukan dari kecerdasan atau kemampuan akademik semata, tapi mentalitas seseorang untuk berjuang meraih masa depannya.

Intro awal tulisan ini mungkin terlalu panjang, tapi saya akan mulai masuk dalam pertanyaan besar kita: “bisakah bayi diajarkan membaca?”

Glenn Doman mengatakan bahwa bayi bisa diajarkan membaca mulai dari usianya empat bulan, meskipun saat itu sang bayi belum bisa bicara, namun ia sudah mulai bisa belajar memahami sesuatu yang ia lihat dan dengar, nah salah satunya adalah diajarkan membaca. Dengan metode belajar yang tepat, bayi satu tahun akan bisa membaca kata, satu tahun berikutnya akan mampu membaca kalimat, dan setahun kemudian bisa membaca buku. Bayangkan jika anak balita kita sudah bisa membaca buku, tentunya ia punya potensi untuk melahap berbagai pengetahuan termasuk diarahkan untuk membaca kita suci (Al-Qur’an –bagi yang muslim)

Tony Buzan, seorang pakar Psikologi Inggris yang menelurkan metode “Mind Mapping” untuk meng-unlock kemampuan otak manusia mengungkapkan otak manusia mulai tumbuh sejak masih menjadi janin dalam kandungan. Saat dilahirkan, otak bayi hanya sekitar 25 persen dari otak dewasa. Mulai dari saat itu, otaknya mulai mengalami proses perkembangan terus menerus. Saat usia 18 bulan, otaknya sudah mengalami pertumbuhan 50 persen. Lepas dari balita, umur 6 tahun otaknya sudah sekitar 90%. Otak sang anak akan menjadi sempurna 100 persen saat berusia 18 tahun. Maka, kepada para ibu hamil sangat disarankan menjaga dirinya agar tetap berada dalam lingkungan yang baik (positif) dan stabil karena pada saat itu sang anak dalam kandungannya sedang menyusun dasar dari kemampuan kehidupannya kelak.

Orang cerdas tidak diukur dari besarnya volume otak, melainkan dari seberapa banyak sambungan antar sel otak (neuron)-nya. Otak manusia memiliki sekitar 1 milyar sel aktif, yang mampu membuat lebih dari 20 ribu koneksi  antar sel. Semakin banyak koneksi antar sel yang terjalin, maka akan semakin baik pula kemampuan otaknya untuk berpikir. Bagaimana koneksi antar sel bisa terjadi? Dengan belajar, salah satunya dengan membaca. Mempelajari hal-hal baru atau kemampuan-kemampuan baru bisa membuat sambungan baru dalam sel otaknya, jadi sejak dini sebagusnya sang anak diberi banyak bekal kemampuan yang penting seperti keterampilan hidup, tak melulu soal pelajaran akademik, tapi kemampuan-kemampuan dasar untuk membuatnya hidup mandiri kelak. Namun, menjadi catatan penting: dunia anak adalah dunia bermain, jadi jangan memaksa anak untuk belajar, ubahlah pelajaran menjadi sesuatu yang menyenangkan sang anak. Jangan sampai sang anak menjadi terbebani beban belajar yang belum semestinya ia peroleh.

Anak-anak pada dasarnya dibekali keingintahuan yang luar biasa sehingga membuatnya aktif bergerak, dan tugas para orang tua adalah menjawab keingintahuan sang anak, dan memberikannya banyak stimulasi untuk membantu perkembangan otaknya.

Jadi, apakah bayi bisa diajari membaca? Jawabannya: bisa.