Lebih Mudah Menjadi Setan daripada Malaikat

Hidup memang tak semudah tulisan di atas kertas. Idealisme tak selamanya tetap bercokol di dalam kepala. Idealisme adalah milik mereka yang realitanya sudah terbangun kukuh. Mereka punya kaki-kaki kuat yang menopang tubuh di atas bumi. Jika kita bukan salah satu diantara mereka, idealisme itu akan runtuh.

Ilustrasi (gambar: pixabay.com)

Bangunan kenyataan harus terlebih dahulu dibangun, sebab di atasnya akan kita letakkan idealisme yang tak akan lumat dimakan realitas. Realita itu kejam bung, ini akhir zaman. Bahkan di awal zaman pun, manusia sudah saling memakan manusia lain hanya untuk kepentingan syahwat. Di akhir zaman? Jangan tanya lagi bagaimana rusaknya manusia. Mungkin kita salah satu diantara mereka, jika bukan sekarang, mungkin nanti saat kita lupa diri.

Tengok, bagaimana teganya: Ayah, Kakak, dan Adik melakukan hubungan terlarang dengan seorang wanita yang merupakan anak perempuannya, adik perempuannya, dan kakak perempuannya. Seorang wanita yang lemah, tak ada daya, punya keterbelakangan mental yang seharusnya dijaga, disayang, dilindungi sepenuh hati, tapi apa yang mereka lakukan? Mereka memakan kehormatannya! Jangan kira ini kasus pertama. Ada banyak kasus lain yang serupa. Sungguh, setan telah berpesta pora di atas mereka, bertepuk tangan riuh karena sudah berhasil menjadikan mereka budak-budak dari hawa nafsunya sendiri. Hawa nafsu yang tercipta dari pijakan-pijakan kaki Iblis laknatullah alaih.

Apakah engkau akan maki mereka, melaknat mereka, bahkan berdoa memohon agar Tuhan membinasakan mereka, busuk dipenjara? Padahal mereka adalah manusia, dan engkau pun manusia. Apa yang terjadi pada mereka, bisa terjadi juga atas dirimu. Kejahatan mereka, bisa saja engkau pun akan melakukannya. Bila setan bisa menguasai mereka, setan pun bisa menguasai dirimu. Lalu apa bentengmu dari penguasaan setan jika mereka datang dengan berjuta-juta pasukan untuk meruntuhkan keimananmu? Membakar idealismemu? Menghanguskan seluruh amalmu? Membutakan jiwamu hingga gelap tak hiraukan lagi agamamu, bahkan membangkang perintah Tuhanmu secara terang-terangan? Apa bentengmu? Percayakah engkau pasti tak akan melakukan kejahatan yang lebih besar dari apa yang mereka lakukan?

Tak ada yang menjamin, bung.. bahkan bila malaikat di langit sekali pun melihat imanmu bagai bintang yang paling cemerlang di bumi sehingga mereka takjub padamu sebagaimana takjubnya manusia di bumi melihat bintang paling terang di langit, andai Tuhan berkata sebaliknya, “Jangan takjub dulu” karena bintang yang paling cemerlang itu akan menjadi bintang paling hitam di kerak dasar neraka. Tak ada yang bisa menyelamatkan engkau. Bila iman itu yang kau andalkan, iman itu bisa hilang tak berbekas. Amal baikmu? Bisa lenyap seketika. Ilmumu? Iblis laknatullah alaih pun lebih berilmu darimu.  Lalu apa lagi yang bisa kau andalkan? Bila semua yang ada, tak ada yang bernama kepastian bahwa engkau terbebas dari semua yang pernah dilakukan manusia lainnya, yang paling buruk tercatat dalam amal manusia.

Allah..
Hanya Dia-lah yang bisa kau andalkan, 

Allah..
Jadikanlah Dia sebab dari semua kebaikan yang kau perbuat.

Sehingga hanya Dia satu-satunya alasan dari seluruh ibadah, bakti, cinta, hidup dan mati. Bukan yang lain dan karena hal lain sehingga tak ada alasan untuk berpaling dari-Nya. Jika di dalam hati ada keikhlasan, tidak hanya setan, Iblis pun akan mundur. Tak kuasa dan punya daya untuk menggoda, sebab di dalam hati yang ikhlas hanya ada Allah Azza wa Jalla sehingga Dia yang akan melindungi hati para hamba-Nya dengan memberinya petunjuk dan pengingat. Hati tanpa mengharap apa yang akan diberi-Nya. Surga bukan lagi tujuan mereka. Tujuan mereka adalah Allah. Neraka bukan lagi alasan ketakutan mereka pada dosa, akan tetapi ketakutan mereka adalah karena Allah.

Maka, janganlah engkau takjub dulu pada seseorang atas ucapan, perbuatan, tulisan yang mengisyaratkan adanya keimanan, karena sesungguhnya Allah yang lebih tahu kedudukan mereka di antara manusia lainnya. Begitu pun dengan isyarat dosa-dosa yang diperbuat seseorang, bencilah pada perbuatannya, namun jangan sampai kebencian itu menjadikanmu tak berlaku adil dan mencegahmu berbuat baik padanya. Semua itu memang tidak mudah, sangat tidak mudah, karena memang lebih mudah mengikuti keburukan hati daripada kebaikan hati. Lebih mudah menjadi setan, daripada malaikat. Berlaku tak adil, daripada berbuat proporsional. Lebih mudah kita mengatakan, tapi sulit bagi kita melakukan.

Semoga Allah senantiasa melindungi kita dan memberi petunjuk untuk terus dan bertahan mengikuti jalan yang lurus. Aamiin.

Wallahu a’lam bish-shawab..