Melalui Filsafat, Awal Einstein Menjejaki Dunia Pemikiran

Albert Einstein merupakan sosok yang dianggap paling jenius dan merupakan seorang pemikir terbesar setelah Newton. Jasanya adalah melahirkan teori relativitas, menemukan rumus yang paling terkenal E = mc2, dan teori kuantum. Einstein adalah sosok yang ambisius sekaligus mengalami hal tragis di akhir hidupnya, menyia-nyiakan banyak waktu untuk memecahkan teori medan tunggal. Dalam hidupnya, ia memperjuangkan dua hal yang mengganggunya yaitu tentang isu antisemitisme dan penggunaan senjata nuklir. Einstein merasa bertanggung jawab terhadap penggunaan bom atom yang merupakan salah satu implikasi dari E = mc2 yang dirumuskannya.

Albert Einstein Remaja (sumber:Quibik/Wikipedia)


Einstein adalah seorang yang lebih suka mempelajari sesuatu yang dianggapnya menarik sehingga meskipun ia memiliki tingkat pengetahuan yang mendalam namun tidak semua ujian sekolahnya mampu menorehkan nilai yang cukup baik. Hal ini memberikan arti bahwa manusia yang dikenal jenius belum tentu jenius dalam segala hal, namun ketika sudah tertarik mempelajari sesuatu hasilnya mungkin akan lebih mendalam bahkan mampu menggali sesuatu yang orang lain tidak mampu melakukannya. Terbukti, bahwa dengan minatnya yang begitu tinggi, rasa penasaran yang besar, berkonsentrasi pada satu hal bahkan bisa melupakan banyak hal lain di hidupnya mengantarkan Einstein pada penemuan-penemuan yang luar biasa tentang teori-teori fisika, mampu menjelaskan sesuatu yang rumit menjadi hal sederhana, bahkan hanya dengan teori saja hasilnya sangat akurat ketika dibuktikan dengan eksperimen. Mungkin disinilah pembedanya, antara orang yang jenius lakukan dengan orang kebanyakan ketika menyelami satu bidang yang sama, hasilnya tidaklah sama.

Einstein muda adalah penyuka biola yang dipelajarinya dari ibunya yang suka bermain biola, sementara ayahnya hanyalah seorang pengusaha barang-barang perlistrikan yang kemudian bangkrut dan akhirnya mereka pindah menumpang tinggal di rumah paman Einstein yang merupakan saudara ayahnya di pinggiran kota Munich. Einstein muda mungkin bukanlah anak yang cekatan, ia lebih dikenal pelamban, pengkhayal, dan linglung.  Kondisi keluarganya memang kacau karena faktor ekonomi, meskipun demikian tidak membuat ayahnya selalu sibuk bekerja melupakan Einstein, apalagi ayah dan pamannya sedang memulai usaha kecil di bidang elektrokimia. Pada suatu kali ayahnya menunjukkan pada Einstein sebuah kompas yang kemudian menarik perhatian Einstein dan ia pun bertanya mengapa jarumnya selalu menunjuk ke arah yang sama. Ayahnya hanya menjawab bahwa hal itu terjadi karena kemagnetan. Einstein belum puas dengan jawaban ayahnya sebab ia berpikir bagaimana caranya kemagnetan bisa melintasi ruang. Ayahnya tidak bisa menjawab. Einstein terus kepikiran hingga membuatnya tidak bisa tidur. Tak hanya ayahnya yang mengajari Einstein, pamannya juga mengenalkannya dengan Aljabar yang dikatakannya sebagai “ilmu yang menyenangkan”. Pamannya menjelaskan padanya dengan perumpamaan. “Ketika hewan yang mau kita buru tidak bisa ditangkap, untuk sementara kita sebut x, dan terus memburunya sampai hewan itu tertangkap…”. Einstein mungkin beruntung karena mendapatkan guru-guru pertama yang mengajarkannya dengan keilmuan datang dari keluarganya sendiri: Ibu, Ayah, dan Pamannya.

Sampai suatu ketika, di usia 12 tahun, Einstein akhirnya mulai belajar secara otodidak melalui buku-buku ilmiah populer yang dipinjamnya dari seorang mahasiswa kedokteran bernama Max Talmey. Max mendapatkan jamuan makan malam di rumah keluarga Einstein sebagai tradisi keluarga Yahudi di Eropa Tengah mengundang orang-orang miskin untuk makan malam pada setiap hari Kamis. Max secara rutin membawakan buku-buku disiplin ilmu kepada Einstein seperti ilmu tentang Geometri-Bidang, hingga tentang kedokteran dan Biologi. Sayangnya, Einstein tak tertarik dengan Kedokteran dan Biologi yang baginya tidak menantang karena tidak memiliki gagasan-gagasan kompleks dan prinsip-prinsip yang mendasarinya, yang bisa dipikirkan secara intelektual. Akhirnya karena Max tahu Einstein hanya tertarik pada ilmu tentang pemikiran, gagasan-gagasan, dan prinsip-prinsip dasar, Max memberikan Einstein karya-karya filsafat Immanuel Kant yang terkenal kompleks dan rumit hingga memsusingkan setiap orang yang mempelajarinya karena metafisika Jerman bertele-tele dan tidak jelas. Hal ini dilakukan Max agar Einstein menyerah dan beralih untuk belajar Biologi dan kedokteran. Namun, justru Max seperti memberikan oase kepada Einstein sehingga Einstein akhirnya menemukan sebuah landasan berpikir untuk mengungkapkan segala hal melalui pemikiran manusia.  Inilah awal mula Einstein mendirikan bangunan abstrak pemikiran di dalam kepalanya hingga dengan pemikiran mendalamnya mampu mengekstrak berbagai permasalahan melalui teori-teori yang kelak dicetuskannya dan mengubah pandangan dunia.

(sumber: Einstein & Relatifitas)