Teruslah Berharap Hanya Kepada Tuhan



Bukan di awal jalan kita bisa merasa baik, karena harapan bisa hilang di telan jalan, maka jangan bawa harapan itu di saku, simpan saja di sisi Tuhan. Biar dijaganya sepenuh penjagaan, biar dipelihara harapanmu sepenuh pemeliharaan.

Maka bila keinginan akan sesuatu itu tak tergapai, bukan salah berharap, tapi karena Tuhan punya takdir yang harus digenapi untuk setiap sesuatu. Bila kau berhasil paksa Tuhan kabulkan, maka semua takdir makhluk akan menjadi berantakan, begitu pun dengan takdirmu sendiri yang bisa saja ada hal baik yang sedang Tuhan persiapkan. Segala sesuatu itu sudah memiliki takdirnya yang diperhitungkan dengan sedetail-detailnya termasuk guguran daun di tepi jalan, namun Tuhan menyediakan slot yang bisa diisi fleksibel sesuai amal perbuatan. Bila kau ingin menjadikannya baik, berdoalah, karena itu yang bisa mengubah skenario Tuhan, berusalah karena itu yang bisa merekonstruksi tanda titik di akhir paragraf takdir.

Tapi, kematianmu pasti ada di bab terakhir dari beberapa lembar usia yang tersisa, jika kau ingin tahu bagaimana rasanya tahu kapan akan mati, tanyakan itu ke napi yang esok lusa akan di eksekusi mati. Hakim tidak menentukan kematian tapi kematian yang ditulisnya adalah mungkin bagian dari skenario Tuhan, begitupun dengan bunuh diri, tapi jangan katakan kau membunuh dirimu karena mungkin itu takdir. Bagaimana kau tau jika kau membunuh dirimu berarti itu takdirmu? sementara itu belum kau lakukan. Kalau kau belum melakukannya maka jangan lakukan dengan demikian "hidup" akan menjadi takdirmu sebelum Tuhan menentukan dengan cara apa dan dimana Dia akan mengambil ruhmu. Maka berilah dirimu "nafas", yaitu harapan, jika kau meyakininya dengan iman yang penuh, tak ada sekat ruang antara keinginan dan kenyataan, antara doa dan "Kun".