Buku adalah Jendela Dunia

Membaca itu berjuta rasa, tentu akan terasa dengan hati yang tergugah, dengan pikiran yang terbuka, keingintahuan untuk mengenal dunia. Dunia dalam arti yang luas: dunia agama, dunia sejarah, dunia politik, dunia budaya, dunia geografi, kemanusiaan dan dunia-dunia ilmu lain yang terbentang luas plus bersama dengan cerita-cerita  yang membawa hikmah.



Membaca membuat kita terlena sejenak, melepaskan alam realita, masuk ke alam imajinasi, mengintip berbagai hal-hal lain yang tak mungkin akan kita temui di kehidupan kita sehari-hari. Membaca memiliki dimensinya sendiri jika kita "fokus", tapi akan sulit tercipta jika pikiran kita masih sibuk memikirkan realita, masih sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan kita yang akan kita kerjakan, sibuk dengan problematika kehidupan yang sedang mendera, maka disinilah arti penting kenapa kita musti meluangkan waktu sejenak saja untuk beristirahat secara total, break, melepaskan semua urusan yang membuat pikiran terus bekerja tak berjeda. Saat break, kita bisa mengisi waktu tersebut dengan membaca buku.

Kenapa harus buku? tak ada yang bisa mengalahkan sensasi menyentuh cover depan dan belakang sebuah buku, lalu membolak-balikkan setiap halamannya dengan jari-jemari tangan. Buku memberi kesan tersendiri, ketimbang kita membaca konten yang sama di layar komputer atau layar gadget. Sensasinya kurang, dan terasa monoton, selain melakukan gerakkan scroll dan pandangan mata dari kanan ke kiri, bukankah akan terasa membosankan?




Buku laksana daun jendela, yang apabila kita buka cover depannya seakan kita sedang membuka jendela, dan apa yang ada di dalamnya adalah pengetahuan baru, dan ketika kita membacanya seakan kita sedang melihat dunia yang baru. Informasi yang kita dapatkan akan masuk dan menambah informasi yang sudah kita miliki, memperkaya khazanah untuk berpikir, merasa, dan menilai. 

Buku adalah harta bagi penggemar ilmu, harta bagi para pemikir, dan jalan bagi mereka yang sedang mencari jalan ke dunia yang lapang karena semakin luas pengetahuanmu, maka semakin luas pula duniamu, maka naik pula derajatmu di sisi-Nya, maka taburkanlah pengetahuanmu, maka engkau seperti menabur tanaman yang kelak akan kau tuai di akherat atau balasan di dunia yang tak akan pernah berhenti mengalir. 



Ilmu adalah pelita, dan seharusnya pelita itu mengalir menerangi relung hati, dan hati adalah sumber kendali untuk akhlak, tapi hati itu sendiri haruslah dalam kondisi yang gembur tidak keras, karena bila hati itu keras, sulit sekali untuk menjadi baik, karena kerasnya hati hanya menjadikan ilmu berkumpul di akal, tapi tidak bisa memberi manfaat untuk mengubahnya menjadi kebaikan sikap. 

Kemuliaan manusia terlihat dari akhlak sebagaimana akhlak pribadi Rasulullah adalah cerminan dari Al-Qur'an, yang merupakan bacaan yang sempurna untuk hati dan akal pikiran manusia. Ikrimah, generasi tabi'in Madinah berkata, "Segala sesuatu memiliki pokok, dan pokok agama Islam adalah akhlak yang baik."

Wallahu a'lam bish-shawab